Pojok Baca Kelas sebagai Pendongkrak Minat Baca Siswa

Pojok Baca Kelas sebagai Pendongkrak Minat Baca Siswa

di MAN 1 Jembrana

Oleh : Dian Fajriya, S.Pd.

Pendahuluan

Literasi identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Membaca merupakan kebutuhan setiap orang terutama para siswa dalam memenuhi dan menyiapkan masa depan yang lebih baik sehingga sangat tepat jika perpustakaan mendukungnya dengan berbagai koleksi buku bacaan. Begitu juga dengan kegiatan menulis. Seorang penulis tidak akan dapat menciptakan karya yang bagus tanpa rajin membaca. Dengan demikian keterkaitan baca tulis dengan perpustakaan sangat erat. Bagaimana perpustakaan akan ramai pengunjung jika kita enggan membaca dan menulis?

Sangat disayangkan, banyak di antara kita yang kurang menyadari akan pentingnya buku dan perpustakaan. Dengan alasan yang hampir sama, banyak siswa yang mengaku sungkan untuk mengunjungi perpustakaan karena menurut mereka membaca buku di perpustakaan adalah hal yang membosankan. Padahal jika kita rajin mengunjungi dan membaca di perpustakaan, akan banyak pengetahuan yang kita dapat.

Terkadang keadaan perpustakaan yang kurang strategis dan kurang tertata juga dapat memengaruhi minat baca di perpustakaan sehingga perlu adanya rekontruksi pada perpustakaan sekolah. Permasalahannya adalah bagaimana cara efektif perpustakaan MAN 1 Jembrana untuk meningkatkan minat baca para siswa? Pengelola perpustakaan MAN 1 Jembrana berusaha untuk mengatasi hal tersebut melalui berbagai cara, salah satunya semakin mendekatkan buku pada siswa melalui lomba Pojok Baca antarkelas.

Definisi Minat Baca

Pengertian minat baca adalah keinginan pada seseorang untuk membaca. Kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang akan sukar melakukan kegiatan membaca (Rahim, 2005).

Pengertian minat baca menurut Rahim (2005) adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Kemudian Sumadi (dalam Sudiana, 2004) mengungkapkan bahwa minat baca adalah kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ini ditunjukkan oleh adanya keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. 

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah adanya keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca yang mengandung aspek kognitif dan afektif.

Minat baca pada zaman sekarang ini perlahan-lahan mulai dilupakan, padahal minat baca mempunyai banyak sekali manfaat yaitu mampu menambah pengetahuan, selalu mendapatkan informasi up to date ( tidak pernah ketinggalan), serta dapat melatih otak kita. Karena dengan membaca, otak secara otomatis akan bekerja dan itu akan membuat otak dapat berfungsi dengan baik.

Untuk menumbuhkan minat baca sebaiknya dimulai saat  dini, dengan adanya dorongan anak untuk membaca maka hal tersebut akan terbiasa saat mereka dewasa dan hal tersebut sangatlah bermanfaat. Untuk itu seharusnya pemerintah membuat sebuah program yang dapat menumbuhkan  minat baca di kalangan pelajar, dengan begitu diharapkan pelajar di Indonesia tidak kalah dengan pelajar luar negeri.

Realita Perpustakaan Saat Ini

Pada saat ini, kesadaran akan pentingnya perpustakaan sekolah bagi para siswa masih rendah. Banyak siswa yang mengunjungi perpustakaan hanya saat mereka mendapatkan tugas yang berkaitan dengan perpustakaan. Selain itu, semangat baca yang rendah dari para siswa juga berpengaruh terhadap kehadiran mereka di perpustakaan.

Anggapan bahwa perpustakaan hanya berisi buku menyebabkan siswa jenuh berlama-lama di perpustakaan. Akan tetapi, perpustakaan yang sudah dilengkapi dengan benda elektronik dan jaringan internet pun belum dinilai ideal. Banyak pula siswa datang ke perpustakaan yang ber-wifi hanya untuk mengakses media sosial seperti facebook, twitter, dan hal lain yang kurang bermanfaat. Ini juga menjadi realita yang sering terjadi walaupun tidak dipungkiri realita siswa yang menggunakan perpustakaan semestinya.

Penyebab Rendahnya Minat Baca Siswa

Sepinya pengunjung perpustakaan merupakan realita yang harus diidentifikasi penyebabnya sebab dengan mengetahui penyebab masalah kita akan dapat mencari jalan keluarnya. Salah satu faktor penghambatnya yaitu minat baca siswa yang rendah. Banyak siswa berpendapat bahwa belajar dengan membaca di perpustakaan adalah hal membosankan karena membutuhkan waktu lama dan konsentrasi yang tinggi. Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa belajar di kelas dengan mendengarkan guru mereka mengajar sudah cukup, padahal dengan membaca buku secara langsung dapat membuat mereka lebih mengetahui detail suatu hal atau materi.

Selain itu ada anggapan bahwa perpustakaan hanyalah tempat penyimpanan buku. Pandangan semacam ini sudah umum berkembang di masyarakat sehingga perlu adanya tindakan yang lebih kreatif dari pustakawan sekolah. Sayangnya, kreativitas pustakawan tersebut juga dirasa masih kurang menarik minat baca siswa sehingga perpustakaan masih saja terlihat sepi.

Faktor lainnya yaitu lokasi perpustakaan yang terkadang kurang strategis, jauh dari jangkauan para siswa. Kurangnya promosi baik dari pihak sekolah maupun pustakawan menyebabkan siswa kurang mengerti akan manfaat perpustakaan sekolah. Koleksi buku yang kurang menarik dan kurangnya kegiatan di perpustakaan. Menurut pengelola perpustakaan MAN 1 Jembrana hal yang memungkinkan menjadi penyebab rendahnya minat baca dan kunjungan ke perpustakaan sekolah bisa jadi karena koleksi buku yang masih kurang, banyak didominasi dengan buku paket pelajaran. Memang, pada kenyataannya banyak perpustakaan sekolah yang hanya menyediakan buku pelajaran saja. Hal ini membuat para siswa malas mengunjungi perpustakaan. Di samping hal tersebut, para siswa lebih tertarik terhadap informasi yang dikemas dengan kemasan yang unik dan canggih sedangkan di perpustakaan sekolah masih banyak informasi berbentuk media cetak.

Upaya untuk Menarik Minat Baca Siswa

Untuk mewujudkan budaya gemar membaca seluruh warga sekolah, dan sebagai implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, kami berupaya memperkenalkan buku pada seluruh warga sekolah dengan mengadakan lomba pojok baca antarkelas, dengan tujuan memotivasi kreativitas seni dan intelektual siswa serta semakin mendekatkan buku pada siswa. Jadi, setiap saat mereka bisa membaca buku nonpelajaran tanpa harus mondar-mandir ke perpustakaan, sebab di kelas juga sudah tersedia buku-buku nonpelajaran. Akan tetapi, bukan berarti anak jadi tidak mau datang ke perpustakaan, ruang perpustakaan pun kami tata dengan rapi agar menarik siswa untuk mengunjungi perpustakaan, walaupun ketersediaan buku-buku yang diminati siswa masih terbatas.

Untuk pengadaan buku lomba pojok baca kelas ini, kami meminta setiap siswa membawa buku bacaan nonpelajaran ke sekolah satu orang satu buku. Hal ini disambut semangat oleh siswa-siswi MAN 1 Jembrana. Setiap kelas berhasil membuat pojok baca yang indah dengan koleksi buku yang lumayan lengkap. Keindahan pojok baca ini mampu menarik siswa antarkelas untuk saling berkunjung dan membaca masing-masing koleksi di kelas tersebut.

Upaya di atas diharapkan bisa menumbuhkan minat baca yang tinggi dalam diri siswa. Apabila siswa menyadari bahwa buku merupakan bagian penting dari pembelajaran, secara sadar mereka akan memanfaatkan buku-buku yang telah disediakan di perpustakaan MAN 1 Jembrana.

Simpulan

Perpustakaan sangat mendukung kegiatan literasi sekolah. Perpustakaan sekolah juga merupakan bagian vital di lingkungan sekolah. Perpustakaan bukan hanya dapat kita manfaatkan untuk membaca saja, namun juga kegiatan mencari informasi dalam bentuk nonbuku. Sayangnya, semangat baca di perpustakaan masih tergolong rendah.

Rendahnya minat membaca dapat dipicu oleh beberapa hal. Seperti, minat baca siswa yang rendah; adanya anggapan bahwa perpustakaan hanya tempat penyimpanan buku; lokasi perpustakaan yang kurang strategis; kurangnya sosialisasi dan koleksi buku sehingga perlu adanya tindakan untuk menanggulangi masalah ini. Upaya adanya pojok baca tidak akan memberikan pengaruh yang besar, kecuali dengan mulai sadarnya para siswa akan pentingnya membaca. Jika siswa sudah menyadari hal tersebut, dengan sendirinya mereka menjadi ‘kecanduan’ membaca dan mengunjungi perpustakaan.

Daftar Pustaka

Sumber Buku:

Bafadal, Ibrahim. 1999. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim. 2002. Peningkatan Minat Baca. Jakarta: Erlangga.

Mudhofir. 2001. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber Wawancara:

Bapak Wildan Arif, S.Pd., selaku staf di perpustakaan MAN 1 Jembrana

Sumber Internet

Kurnia, Eka. 2013. Minat Baca. Diakses dari http://eccakurnia.wordpress.com/2013/06/01/minat baca/ (Diakses pada 10 April 2018 pukul 12.50)

 

Post Author: man1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *